Menelusuri Jejak Sejarah Jakarta di Pulau Cipir
Mau berlibur tapi nggak punya banyak waktu? Ternyata, di seputar Jakarta ada obyek wisata yang wajib kita kunjungi karena sarat dengan nilai sejarah. Apa itu?
Jakarta memiliki satu gugusan kepulauan di sebelah utara. Masyarakat menyebutnya dengan Kepulauan Seribu. Entah apa gerangan yang menyebabkan kepulauan ini layak disebut dengan jumlah bilangan genap seribu, padahal setelah dihitung pulau-pulau tersebut hanya berjumlah sekitar 342 dan setengahnya merupakan pulau pasir dan terumbu karang. Mitos yang beredar di masyarakat menyebabkan bilangan seribu merupakan sesuatu yang layak dan pantas untuk menyebut gugusan banyak pulau ini.
Hari masih pagi, ketika rombongan saya yang berjumlah belasan orang memenuhi Muara Kamal di Jakarta Utara. Rute menuju Pulau Cipir, Kelor dan Onrust memang berbeda dengan rute menuju pulau Pramuka atau Tidung, yaitu Muara Angke atau Marina, Ancol.
Para nelayan nampak beraktivitas di atas kapal, sementara di sekitar jalan dekat sungai, pedagang dengan wajah sumringah menjajakan ikan hasil tangkapan nelayan. Kami berjalan menyusuri bantaran sungai menuju tempat berkumpul di gedung biru. Di sana kami bertemu dengan pemandu yang akan membawa kami kembali ke masa lalu. Iya, sejarah peradaban lalu, sebelum Batavia yang kita kenal sekarang ini di Kota Tua, Jakarta.
Sebetulnya, rute kami bersamaan dengan 2 pulau lainnya, Kelor dan Onrust, namun bagi sebagian orang, Cipir memiliki ceritanya tersendiri. Tidak banyak literatur yang membahas pulau dengan nama lain Khayangan ini. Namun, sisa-sisa kejayaan masa lalu akan nampak ketika kita memasuki dermaga. Kami turun dari kapal nelayan dengan kapasitas sekitar 20 sampai 30 orang. Beruntung awan mendung tergusur oleh sinar matahari. Pohon-pohon rindang menepis sinar matahari dan membuat kami leluasa berjalan menelusuri bekas-bekas reruntuhan bangunan rumah sakit.
Tidak banyak yang tahu bahwa Cipir, Onrust dan Kelor merupakan gugusan benteng yang melindungi pemerintahan VOC. Sebelum VOC menduduki Batavia, lalu lalang perdagangan dilakukan melalu ketiga pulau, salah satunya Cipir. Bekas-bekas benteng yang masih utuh berada di pulau Kelor saja, sementara di Cipir terkenal dengan peninggalan rumah sakit jemaah haji. Dengan fakta ini, kita tersadar bahwa sebelum Batavia, ternyata peradaban besar telah ada di gugusan pulau kecil di Kepulau Seribu ini. Sungguh cerita sejarah yang tidak pernah terungkap oleh siapa pun sebelumnya.
Reruntuhan rumah sakit ini menunjukkan bahwa pada awal abad 19, jemaah haji dari seluruh Indonesia dikumpulkan dalam satu pulau. Pulau Karantina Pasien, Cipir menampung seluruh jemaah haji yang memiliki penyakit sebelum atau sesudah melaksanakan Haji. Pada masa tersebut, moda transportasi yang digunakan hanya dengan kapal laut. Bayangkan betapa perjuangan yang harus dilakukan seseorang yang ingin meraih gelar Haji pada waktu itu. Estimasi perjalanan yang dilakukan melalui kapal pun berkisar antara puluhan hari sampai hitungan bulan, tergantung kapal yang digunakan. Saat ini, beruntung sekali, jemaah Haji hanya memerlukan waktu kurang dari 1 hari perjalanan untuk mendarat di Saudi Arabia.
Luas Pulau Cipir tak seluas yang dibayangkan, namun cukup untuk menampung ribuan pasien. Jika dikonversi dalam wilayah desa, mungkin Cipir merupakan salah satu dusun atau satu RT. Beberapa reruntuhan bangunan hanya menyisakan tembok dan bebatuan saja. Hanya bangunan baru saja yang memiliki atas, beberapa penginapan yang diperuntukan bagi tamu. Namun, siapa sih tamu yang akan betah apabila pada malam hari mendengar suara-suara misterius dari seklilingnya? Namun, ternyata ada saja wisatawan yang menginap untuk merasakan suasana malam di pulau Cipir. Berani mencoba tantangan ini?
Selain reruntuhan rumah sakit, Cipir menyimpan jejak masa lalu berupa meriam besar berukuran sekitar pulunan meter. Dekat dengan pantai, disediakan beberapa gazebo atau saung untuk menikmati ombak di pantai atau sekedar bercengkrama bersama keluarga dan menikmati makan siang bersama. Air laut yang jernih dan pasir putih menjadi daya tarik selanjutnya untuk berlama-lama di Cipir. Selain menikmati pantai, terdapat spot terbaik bagi yang memiliki hobi memancing. Satu dua tiga lempar kailnya dan beberapa menit kemudian ikan akan tertangkap. Betapa asiknya menikmatinya bersama keluarga.
Cipir dan Onrust dahulunya memiliki jembatan penghubung. Onrust merupakan tempat pemondokan jemaah Haji sedangkan bagi yang memiliki penyakit akan dikarantina di Cipir. Namun, karena bencana alam, jembatan tersebut terputus. Pada saat ini tengah dilakukan pembangunan jembatan untuk menghubungkan kedua pulau ini.
Matahari kian terik ketika kapal kami menjemput rombongan dan berencana melanjutkan perjalanan kembali ke Pulau Onrust. Pulau dimana peradaban yang dibangun oleh VOC sebelum Batavia. (Salman Faris)
Leave a Reply