Perbaikan Gizi Solusi dari Penghambat Kemajuan Bangsa
Kekurangan gizi dan obesitas masih mewarnai persoalan gizi di Indonesia, terbukti dengan masih tingginya pertumbuhan balita pendek. Menurut Prof Hardinsyah, M.S, Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia Institut Teknologi Bogor, kekurangan gizi di Indonesia mencapai 37,2 persen atau 8,8 Juta balita Indonesia pada 2013. Sebagai solusinya, pemenuhan gizi seimbang terutama bagi calon ibu hamil, Ibu hamil, ibu menyusui dan balita terus diperlukan.
Melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019, Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak serta Perbaikan Status Gizi Masyarakat telah ditetapkan sebagai dua dari sepuluh isu strategis nasional dan arah pembangunan kesehatan dalam lima tahun ke depan.
Dalam hal ini, semua pihak harus ikut terlibat dalam implementasi perbaikan gizi ini. Baik pemerintah maupun masyarakat luas. Salah satu upaya yang lebih efektif adalah melalui organisasi perempuan yang ada di masyarakat, seperti PKK, Arisan dan perkumpulan-perkumpulan lainnya. Melalui organisasi ini, diadakan penyelenggaraan edukasi scara massif terkait gizi kepada masyarakat. Sehingga pengetahuan untuk mendapatkan gizi seimbang informasinya sampai kepada seluruh masyarakat.
Zat gizi yang diperlukan dan masih kurang didapat oleh Ibu hamil, menyusui dan balita adalah Protein, Asam Lemak Esensial, Zat Besi, Kalsium, Yodium, Zink, Vitamin A, Vitamin D dan Asam Folat. Zat yang diperlukan ini terdapat dalam makanan yang tak selalu mahal, hanya saja masyarakat belum banyak yang paham kombinasikan makanan dengan baik, ada sebagian yang menuruti kearifan lokal, yang sebenarnya merugikan kesehatannya. Misalnya, bayi baru lahir diberi makan pisang padahal seharusnya ASI. Ada juga yang menyuapi bayinya dengan makanan yang dikunyah dulu oleh ibunya. Padahal kuman akan banyak masuk ke dalam tubuh bayi. Bayi harus mendapat makanan higienis. Ada lagi, fenomena beli makanan bergizi dikalahkan oleh beli pulsa. Saat ini, masyarakat cenderung mementingkan sesuatu yang sebenarnya bukan kebutuhan primer. Kebutuhan primer seperti membeli makanan bergizi cenderung diabaikan, yang penting bisa bermain gadget dengan paket internet yang dibeli.
Bukan tak penting untuk hiburan, tetapi gizi tak bisa disepelekan. Dengan pemenuhan gizi yang baik, generasi penerus akan konsentrasi belajar, dapat memutuskan apa yang dianggap baik dan benar, kondisi fisik yang selalu prima dan tak mudah capek, akan mencetak generasi cerdas dan kreatif. Bukan hanya gizi anak-anak yang difokuskan tapi pemenuhan gizi ibu hamil, ibu menyusui dan calon ibu hamil pun harus diberi perhatian, Karena kualitas fisik dan mental terbentuk dari seribu hari pertama kelahiran bayi sejak dalam kandungan atau sejak belum hamil.
Maka, edukasi untuk memberi pengertian betapa pentingnya pemenuhan gizi ini harus digerakkan oleh semua pihak. Baik perorangan maupun organisasi dan didukung penuh oleh pemerintah. Karena masa depan bangsa terletak pada generasi berkualitas.
Leave a Reply