Cara Melindungi Anak dari Incaran Penculik
Kasus penculikan anak saat ini semakin sering terjadi. Kita, sebagai orangtua sebenarnya bisa melakukan beberapa tindakan preventif agar anak terhindar dari incaran penculik.
“Kamu ikut tante, Yuk! Nanti tante belikan banyak permen dan mainan,” begitu kata seorang wanita berpenampilan modis dalam sebuah adegan penculikan di televisi. Wanita tersebut merayu anak-anak dengan cara menjanjikan sesuatu yang mereka sukai. Mereka pun ikut wanita tersebut dan mendadak hilang dari pengawasan orangtua. Lalu bagaimana reaksi orangtua? Khawatir, resah dan dibuat kelabakan menjadi satu. Semua orang panik dan tingkat emosional dalam diri meningkat drastis membayangkan nasib putra-putrinya.
Sebenarnya, apa yang dipaparkan dalam televisi tidak berbeda jauh dengan kasus penculikan yang menjadi santapan pemberitaan media akhir-akhir ini di Kota Sragen, Jawa Tengah. Hingga kasus ini masih dalam tahap penyelidikan, setidaknya sudah empat kali anak-anak nyaris menjadi korban penculikan.
Meskipun beberapa kali aksi penculik dapat digagalkan, motif mereka pun belum diketahui hingga sekarang. Menurut saya pribadi, tindak kejahatan semacam ini mengarah pada tiga hal, yakni human trafficking, meminta tebusan, dan menjadikan anak sebagai budak pekerja yang menghasilkan uang.
Ketiga hal tersebut sama mengerikan, karena bagaimana pun juga anak-anak tidak pantas dijadikan sebagai alat kepentingan komersil pribadi. Anak-anak bukanlah objek yang boleh diperlakukan seenaknya sendiri. Kasus penculikan bukan sekadar kasus yang dianggap remeh oleh orangtua, namun juga tidak menjadi sesuatu yang terlalu ditakuti.
Sebab, semakin takut, maka mereka semakin percaya diri untuk melancarkan aksi jahat tersebut. Oleh karena itu sebagai orangtua, sudah sewajarnya kita membekali anak-anak dengan kemampuan dan ilmu menjaga diri mereka saat orangtua tidak berada di sampingnya untuk beberapa saat.
Anak-anak tidak sama dengan orang dewasa yang mudah untuk diberikan penjelasan seputar kejahatan atau tindakan kriminal, akan tetapi bukan berarti mereka tidak mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh orangtuanya.
Mulailah setahap demi setahap memperkenalkan anak-anak untuk melindungi diri. Katakan pada anak-anak bahwa untuk tidak pernah berdiri sendirian di pinggir jalan saat tidak ada guru, kerabat atau orangtua mereka berada di sana dan berikan pengertian bahwa tidak boleh dekat-dekat dengan orang asing yang menawari mereka makanan, minuman, atau bahkan mainan (hal-hal yang condong ke janji manis).
Sebisa mungkin latih mereka bila berada di dalam situasi sulit, seperti menggigit tangan si pelaku dan menendang kaki atau bagian tertentu pada tubuh pelaku jika sudah mengarah pada tindakan percobaan penculikan.
Dari sisi sekolah, sebagai orangtua sebisa mungkin koordinasikan dengan guru agar mengawasi murid-murid mereka selama menunggu orangtua untuk menjemput. Hal tersebut bisa juga menggunakan jasa satpam yang menjaga pintu gerbang sekolah atau ditambah dengan membentuk kelompok komunikasi antara guru dan orangtua murid melalui BBM atau Whatsapp, sehingga lebih mudah memantau keberadaan buah hati.
Dari pihak sekolah, untuk merekam aktivitas murid, maka bisa menempatkan CCTV di sudut-sudut sekolah yang dinilai rawan atau penuh anak-anak. Sementara dari sisi orangtua, sedapat mungkin biasakan untuk menjemput anak lebih awal agar mereka tidak menunggu terlalu lama sehingga si penculik memiliki kesempatan lebih melancarkan niat jahatnya. Waspada itu penting, namun tidak perlu terlalu takut supaya tidak menganggu atau mengancam jiwa anak-anak. (Anisa Kautsar Juniardy)
Leave a Reply