Bidan Inisiator Indonesia: Membudayakan Bidan yang Berinovasi

Bidan Inisiator Indonesia: Membudayakan Bidan yang Berinovasi

Apa yang terlintas di benak Anda ketika mendengar kata bidan?

Mungkin kita hanya akan mengingat bidan sebagai salah satu profesi bidang kesehatan di Indonesia dengan seragam putih-putihnya yang khas. Namun, tahukah Anda, sebuah komunitas bidan di Indonesia telah memulai langkah untuk menjadikan bidan sebagai profesi kesehatan sekaligus inisiator pemberdayaan perempuan dan pengembangan masyarakat. Nama komunitas itu Bidan Inisiator Indonesia.

Bidan Inisiator Indonesia (BII) diinisiasi oleh Wildania Hilmy Kamila bersama rekan-rekan alumni FK Universitas Negeri Surakarta. Komunitas ini lahir sebagai bentuk kepedulian pada pendidikan karakter sekaligus masa depan mahasiswa kebidanan maupun profesi kebidanan di Indonesia. Melalui BII, bidan diharapkan memiliki kemampuan kebidanan mumpuni sekaligus berjiwa inovatif dan sociopreneur. BII percaya, bidan adalah profesi yang mampu memberi sumbangsih pada kesejahteraan masyarakat Indonesia, yang tugasnya tidak sekadar membantu proses melahirkan.

Sebagai profesi yang tugas utamanya membantu para ibu di berbagai penjuru negeri ini, bidan tentu tak bisa lepas dari berbagai tantangan zaman yang mengharuskannya untuk meng-upgrade pengetahuan untuk menunjang kemampuannya dalam bekerja. Ini terjadi karena ruang lingkup tanggung jawab bidan di zaman modern meliputi berbagai aspek, sejak membantu persalinan, memastikan kesejahteraan balita, mengawal masa reproduksi remaja, memberi asuhan pada lansia, sampai mendidik wanita yang nantinya akan menciptakan keharmonisan keluarga.

Bidan Inisiator Indonesia terbentuk pada 27 Juli 2015 dan beranggotakan mahasiswa maupun lulusan kebidanan dari berbagai universitas di Indonesia. Seluruh anggotanya diharuskan mengikuti proses kaderisasi BII melalui kegiatan volunteering maupun kondisional. BII menekankan pentingnya para bidan memiliki kemampuan lebih untuk meningkatkan kebermanfaatan mereka bagi masyarakat.

Bentuk nyata dari visi tersebut adalah lahirnya beragam inovasi dari anggota BII yang terispirasi dari kondisi masyarakat di sekitar tempatnya berkarya. Inovasi dilakukan di segala bidang, mulai dari kegiatan kewirausahaan sampai project sosial, di berbagai penjuru Indonesia, seperti Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jakarta, dan Tangerang.

Hingga saat ini, tak kurang dari 21 bidan yang telah menjadi inisiator di berbagai penjuru Indonesia. Mulai dari pendirian rumah baca, pengembangan karakter di kalangan mahasiswa, pengembangan usaha makanan pendamping ASI, sampai pendampingan anak-anak eks-pengikut Gafatar. Kegiatan-kegiatan tersebut juga melibatkan partisipasi aktif masyarakat serta stakeholder sebagai bentuk kolaborasi dan sinergi positif.

Ketika ditanya mengenai arah pengembangan Bidan Inisiator Indonesia ke depan, Mila, sapaan akrab Wildania, mengatakan, BII bertekad melakukan beragam upaya pemberdayaan bagi bidan maupun calon bidan di Indonesia agar mampu berbuat lebih banyak bagi masyarakat. Tidak hanya profesi utamanya, namun juga menginisiasi beragam peluang peningkatan taraf ekonomi maupun pengembangan masyarakat secara umum.

Hingga tahun 2016, di Indonesia terdapat 800 institusi pendidikan kebidanan dan menghasilkan 5.000 lebih lulusan setiap tahunnya. Angka yang tidak sedikit ini merefleksikan potensi strategis profesi bidan dalam bidang kesehatan. Kehadiran komunitas sosial kreatif berbasis profesi semacam ini tentu merupakan angin segar bagi bagi Indonesia. Tidak hanya mengedepankan pengembangan diri, komunitas semacam ini juga menekankan pengabdian pada masyarakat.

Semoga kehadiran Bidan Inisiator Indonesia dapat mewarnai khazanah bidang kesehatan di Indonesia dengan lebih banyak karya nyata yang terus berkembang di masa mendatang. (wf)

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *