Mengenal Penyebab dan Gejala Demensia
Masih banyak yang mengira bahwa pikun sama dengan demensia. Kepikunan biasanya terjadi pada orang lanjut usia. Mereka yang pikun akan lupa pada nama orang-orang di keluarganya atau pada detil yang sudah diakrabinya sejak lama. Namun, pikun atau lupa pada orang lanjut usia bukanlah gejala demensia.
Demensia merupakan kumpulan gejala akibat penurunan fungsi saraf yang berlangsung progresif secara perlahan. Proses ini menyebabkan kerusakan sel-sel otak secara masif. Alaminya, kematian sel-sel otak baru menimbulkan gejala klinis dalam waktu 30 tahun.
Kerusakan sel-sel otak mengganggu kemampuan sel-sel otak untuk berkomunikasi satu sama lain. Sel-sel otak yang tidak dapat berkomunikasi secara normal, mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir, berperilaku, dan mengontrol perasaan.
Pada tingkat awal, gejala Demensia umumnya berupa kehilangan kemampu kognitif, seperti menyebut kata yang benar dan mengenali benda-benda. Gejala neuropsikiatrik muncul pada kasus tingkat lanjut, misalnya: halusinasi, gelisah, depresi, gangguan tidur, nafsu makan, dan gangguan aktifitas psikomotor–gerakan badan yang dipengaruhi keadaan jiwa.
Demensia di Usia Muda
Demensia tidak hanya terjadi pada orang lanjut usia, tapi juga bisa menyerang orang berusia muda. Di acara sharing caregivers 3 December 2016, DY Suharya, Deputi Regional Director Asia Pacific Office Alzheimer’s Disease International, mengatakan, “Penyakit Demensia (Alzheimer) tidak datang secara tiba-tiba. Banyak atau sering galau, stress, dan baper, dapat memicu resiko.”
Kasus Demensia pada orang berusia muda biasanya berkaitan dengan cedera kepala atau leher (whiplash inuries) yang pernah menimpa penderita. Seringnya mendapat pukulan di kepala membuat para petinju beresiko tinggi terkena Demensia.
Sering merasa galau, jatuh atau terbentur, dan merokok mungkin merupakan hal-hal yang biasa terjadi di kehidupan sehari-hari. Namun, dunia kedokteran modern menemukan bahwa hal-hal tersebut dapat meningkatkan risiko serangan Demensia. Berikut ini adalah faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya Demensia.
- Cedera kepala
- Merokok
- Tekanan darah yang tinggi
- Kadar kolesterol tinggi
- Diabetes
- Stress/Galau/Baper/Depresi
- Faktor genetik – memiliki 3 kali resiko lebih besar daripada orang yang tidak punya faktor genetik Demensia.
- Kekurangan Vitamin/nutrisi
- Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
Indikasi Demensia
Demensia lebih luas dari kepikunan dan bukan saja seputar lupa atau memory loss. Pada banyak kasus demensia, penderitanya justru dapat mengingat masa lalu dengan baik. Sering kali, yang mereka ingat adalah kisah-kisah bersama orang yang pernah mereka kasihi. Hal ini jelas mengindikasikan bahwa memory loss tidak langsung mengindikasikan demensia. Ada banyak faktor yang perlu didiagnosa untuk mengindikasi demensia.
Berikut ini adalah 10 indikasi umum demensia menurut DY Suharya, seorang pembicara demensia internasional yang juga memiliki orangtua dengan demensia.
Gangguan Daya Ingat. Biasanya sering lupa kejadian yang baru saja terjadi, lupa janji, sering bertanya dan menceritakan hal yang sama, lupa barang, dan lupa jalan.
- Gangguan Daya Ingat. Biasanya sering lupa kejadian yang baru saja terjadi, lupa janji, sering bertanya dan menceritakan hal yang sama, lupa barang, dan lupa jalan.
- Sulit fokus. Mengalami gangguan melakukan aktifitas sehari-hari, misal tidak dapat berhitung, memasak, menelpon, dan lainnya.
- Sulit melakukan kegiatan yang familiar. Tidak mudah melakukan perencanaan, menyelesaikan tugas sehari-hari, mengatur keuangan.
- Bingung soal waktu (hari, tanggal, jam), bingung sedang berada di mana, dan tidak tahu jalan pulang ke rumah.
- Sulit memahami visuospasial. Sulit membaca, mengukur dan menentukan jarak, membedakan warna, wajah, menumpahkan air yang dituangkan dalam gelas, dan contoh sejenis lainnya.
- Gangguan berkomunikasi. Sulit berbicara dan menggunakan kata yang tepat, seringkali berhenti di tengah percakapan dan bingung untuk melanjutkan.
- Menaruh barang tidak pada tempatnya. Lupa meletakan barang dan suka curiga ada orang lain yang mencuri atau menyembunyikannya.
- Salah membuat keputusan. Misal: berpakaian tidak serasi – memakai kaos kaki kiri berwarna merah, yang kanan berwarna hitam.
- Menarik diri dari pergaulan. Berkurangnya semangat maupun inisiatif melakukan aktifitas atau hobinya, enggan berkumpul dengan teman-temannya, lebih nyaman menyendiri atau berada di dalam kamar.
- Perubahan perilaku dan kepribadian. Emosi yang berubah, curiga, depresi, takut atau tergantung yang berlebihan pada anggota keluarga, mudah
Hingga saat ini, demensia tidak bisa diobati. Obat yang tersedia hanya berguna untuk menahan agar demensia tidak berkembang lebih jauh. Justru, yang menjadi masalah terbesar sekarang ini adalah masih banyak yang tidak tahu bila salah satu anggota keluarganya mengalami demensia. Pun ketika mereka mengetahui, parahnya, yang juga kerap terjadi adalah penyangkalan–menganggap yang diderita cuma gangguan biasa–sehingga meremehkan gejala-gejalanya.
Satu hal yang pasti, kemampuan mendeteksi gejala demensia sejak awal akan sangat menolong penderitanya. DY Suharya menyarankan, bila menemukan 3 dari 10 gejala yang dia paparkan, sebaiknya orang-orang terdekat si penderita segera membawanya ke rumah sakit, dokter umum, neurologist, psikiater, atau LSM terkait untuk melakukan deteksi dini demensia. (sn)
Leave a Reply