Pendekatan Gender dalam Pembangunan

Pendekatan Gender dalam Pembangunan

Integrasi gender dalam pembangunan mengalami enam periode perkembangan besar.

Welfare Approach (Pendekatan Kesejahteraan) 1950-1970an

Respon awal untuk menanggulangi kesenjangan, namun menggunakan pendekatan yang terlalu “Barat” sehingga tidak relevan dengan banyak negara. Walaupun kesetaraan hak dan asas non-diskriminatif diakui setelah adanya Piagam PBB (1945) dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (1948), sampai pada tahun 1960an, pemenuhan hak perempuan hanya dilihat dari perannya sebagai istri dan ibu saja.

Women in Development (Perempuan dalam Pembangunan) 1970an

Perempuan mulai dilihat perannya dalam pembangunan ekonomi. Integrasi perempuan dalam pembangunan, namun pendekatan ini HANYA untuk perempuan.

Women and Development (Perempuan dan Pembangunan) 1975an

Mempelajari proses hubungan perempuan dan pembangunan dari posisi perempuan dengan perspektif lebih kritis. Fokus pada: relasi kapitalisme dan patriarki

Effectiveness Approach (Pendekatan Efektivitas) 1980an

Lanjutan dari WID, namun fokus pada proyek pembangunan untuk meningkatkan produktifitas perempuan dalam pekerjaan.

Gender and Development (Gender dan Pembangunan) 1980an

Pendekatan ini melihat relasi hubungan laki-laki dan perempuan (secara sosial, peran reproduktif dan ekonomi) serta mempertimbangkan perbedaan pengalaman dan kebutuhan perempuan.

Mainstream Gender Equality (Pengarusutamaan Gender) 1995-sekarang

Pertama kali diinisiasi pada Beijing Platform for Action (BPfA). Laki-laki dan perempuan harus sama-sama berperan dalam seluruh bidang pembangunan.

Di Indonesia, Pengarusutamaan Gender (PUG) telah menjadi strategi Pembangunan Nasional yang tertuang dalam Instruksi Presiden No 9 Tahun 2000

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *