Belajar dari Dapur Nenek agar Masakan Lezat
Berbicara masak-memasak, barangkali hampir seluruh masyarakat di dunia suka memasak, khususnya Indonesia. Seorang netizen pernah mengatakan “Memasak merupakan cara untuk menuangkan cinta melalui makanan.” Konsep seperti itu mencerminkan bahwa dalam mengolah bahan mentah menjadi siap disantap memiliki aneka ragam rasa di dalamnya, termasuk perasaan si pembuat. Meski rasa tak karuan adanya, memasak tetaplah memiliki kepuasan tersendiri bagi para koki, chef, ibu rumah tangga, sekali pun amatiran. Tak heran bila cara yang ditempuh untuk menggambarkan cinta ke dalam makanan dilalui melalui berbagai cara seperti belajar dari dapur sesepuh, orang tua atau nenek supaya mendapatkan rasa yang lezat dan membuat penikmatnya terkesan.
Dari segi sejarah, masakan yang dibuat dan diinovasi pada era saat ini tidak terlepas dari karya-karya di masa lampau. Hal ini bukanlah isapan jempol belaka, sebab resep berbagai rumah makan di wilayah Nusantara sejatinya berasal dari orang zaman dahulu atau turun-temurun.
“Kenapa enak sekali makanan ini? Dari mana Ibu belajar?”
“Dari orang tua yang diwariskan turun-temurun, Mbak.”
Begitulah sekelumit obrolan yang sering didengar oleh masyarakat manakala mencicipi masakan dari orangtua serta sanak saudara mereka yang pandai memasak. Usut punya usut memang peran dapur orang terdahulu tidak dapat dipisahkan begitu saja dari kehidupan saat ini. Oleh sebab itu, selain untuk menciptakan rasa yang khas dan unik, maka tidak ada salahnya belajar dari mereka. Masakan menjadi nikmat ketika dilahap sekaligus melestarikan kuliner lokal. Kendati demikian, ada beberapa hal dasar yang perlu dipelajari dari masakan orang zaman dahulu agar lebih mudah mempercepat proses belajar dalam memantapkan masakan.
1. Dominan bumbu.
Percaya atau tidak, orang-orang zaman dahulu kala ketika memasak lebih dominan bumbu dan rempah, sehingga tidak terlalu mengandalkan penyedap rasa agar masakan lezat. Mereka tahu betul bahwa bumbu dan rempah dapat memperkaya masakan dan membuat ciri khasnya tak tertandingi. Jangan sungkan untuk bertanya apa saja bumbu yang digunakan. Semakin lengkap, semakin baik dalam mengenal beragam bumbu dapur.
2. Manfaat bumbu.
Tidak hanya nama bumbunya saja yang penting. Manfaat dan khasiat dalam setiap bumbu perlu dipelajari sebab berpengaruh dalam keadaan sehari-hari. Orangtua jaman dulu belajar dari pengalaman serta orang-orang sebelumnya tentang khasiat yang terkandung dalam tiap bahan yang mereka gunakan. Menurutnya, antara satu bahan dan bahan lain saling berkaitan serta dapat menciptakan kombinasi yang baik bila mau dipelajari. Misalnya, bawang putih. Menurut nenek saya, bawang putih selain digunakan untuk penyedap alami juga berguna menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Itu artinya penggunaan bawang perlu dominan untuk masakan aneka daging.
3. Teknik memasak.
Teknik memasak juga penting untuk dicontoh. Hingga saat ini belum ada kritikan tajam tentang berbagai teknik memasak yang diajarkan oleh orang zaman dahulu ketika mereka berjibaku di dapur alias mengolah makanan. Mulai dari cara membuat sampai penyajian pun ada tekniknya. Begitulah kira-kira potret orangtua di masanya. Misalnya, dalam memarut kelapa, nenek kerap menyarankan agar agak miring supaya menghasilkan santan maskimal. Bagus juga pada jari agar tidak terluka dengan titikan besi pada parutan. Mungkin diserba instan saat ini, kita minim menggunakan cara-cara yang dinilai masih tradisional, tetapi percayalah, teknik memasak oleh orangtua itu bukan kebohongan belaka.
Mungkin memasak terlihat sulit, namun belajar dari para sesepuh adalah awal yang baik untuk memulainya. Terkadang mereka tidak mematok seberapa jelas takaran bumbu yang dimasukkanan atau bisa dikatakan lebih mengandalkan feeling serta kebiasaan. Namun kenapa dapat menghasilkan cita rasa yang lezat meski berganti-ganti porsi? Karena proseslah yang membuat mereka semahir orang-orang sebelumnya.(Anisa Kautsar Juniardi)
Leave a Reply