Meningkatkan Kapasitas Organisasi Perempuan dalam Pencapaian Kesetaraan dan Keadilan Gender
Kota Pekanbaru merupakan salah satu kota yang terus berusaha untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya agar dapat membangun dan bersaing dengan kota yang lain. Upaya pemerintah daerah untuk mencapai masyarakat yang berwawasan serta inovatif, namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan salah satunya dengan terus mendukung kegiatan positif untuk memajukan kualitas masyarakatnya tanpa memandang jenis kelamin.
Sebenarnya upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkeadilan dan berkesetaraan ini telah dilakukan sejak lama, baik oleh pemerintah pusat, daerah, swasta maupun organisasi masyarakat. Tidak ketinggalan dari pihak perguruan tinggi dan semua mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk mensejahterakan masyarakat. Salah satu bentuk konkret tentang keseriusan pemerintah kota Pekanbaru adalah dengan mengadakan pelatihan pembinaan organisasi perempuan.
Pada tanggal 2-3 Mei 2018 Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak kota Pekanbaru mengadakan pelatihan pembinaan organisasi perempuan. Dengan mengusung tema “Peningkatan kapasitas organisasi perempuan dalam mendukung pencapaian kesetaraan dan keadilan gender.”
Bertempat di hotel Alpha Pekanbaru Jl. H. Imam munandar no. 17 Pekanbaru, acara dihadiri oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yaitu Bapak Drs. Mahyuddin. Sekretaris Ibu Nofrita Deli, S.Pd, M,Si. Kepala Bidang PUG: Hj. Astra Mulberiyani, SP. Acara dibuka oleh Plt Asisten 3 kota Pekanbaru yaitu Bapak Drs. H. Baharuddin S,os. M,Si.
Selaku Kepala Dinas PPPA, Bapak Drs. Mahyuddin berharap bahwa Dinas PPPA dapat terus bekerjasama dengan berbagai organisasi perempuan yang ada di Pekanbaru. Untuk dapat melakukan pembinaan yang tepat sasaran dan memberikan kiprah terbaik bagi kemajuan masyarakat.
Pencapaian pembangunan gender di Pekanbaru menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2013 Indeks Pembangunan Gender (IPG) kota Pekanbaru adalah 91,00. Pada tahun 2014 meningkat menjadi 91,83 dan pada tahun 2015 menjadi 92,36. Peningkatan ini menunjukkan dampak kebijakan pemberdayaan perempuan melalui strategi Pengarusutamaan Gender (PUG) di berbagai bidang pembangunan untuk mencapai kesetaraan gender.
Ada 50 peserta yang berasal dari 37 organisasi perempuan dan semuanya sangat antusias mengikuti pelatihan selama dua hari tersebut. Tak lupa Dinas PPPA mengundang narasumber dari berbagai bidang yaitu:
- Kementrian PPPA RI dalam hal ini diwakili oleh Ibu Martha Simanjuntak selaku founder IWITA.
- Pusat studi kependudukan dan peranan wanita Universitas Riau
- Pusat studi gender dan anak dari UIN Sultan Syarif Qasim
- Pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak provinsi Riau.
Penyampaian hari pertama dibuka dengan materi Personal Branding yang dibuka dengan pertanyaan, “Apabila orang lain diminta untuk mendeskripsikan tentang diri Anda, apa yang ingin Anda dengar akan mereka katakan?”
Grrrr serentak peserta tertawa malu-malu sebab pertanyaan ini terlihat sederhana namun rumit karena melibatkan ego, pengungkapan jati diri dan keinginan untuk dikatakan sebagai orang yang memiliki personality yang baik dimata orang lain. Setelah para peserta menyerahkan jawaban yang ditulis dikertas, Ibu Martha meminta dua orang peserta yang sudah bersahabat sejak lama untuk memberikan pendapat tentang kepribadian masing-masing.
Kedua peserta tersebut saling memberikan jawaban tentang bagaimana ia memandang sahabatnya. Syukurnya keduanya sama-sama terbuka dan menerima tentang pendapat dari teman yang lain.
Pertanyaan yang disampaikan oleh Ibu Martha bukan tanpa alasan. Sebab dari situ kemudian membuka penjabaran yang lebih luas tentang apa itu Personal Branding. Bagaimana sebaiknya diri kita membentuk brand agar orang lebih mengenal siapa diri kita, produk yang dimiliki atau organisasi yang diikuti.
Brand artinya merek yang merupakan indentitas dan refleksi dari kualitas yang berkaitan dengan produk, harga, promosi, channel dan jasa. Di era teknologi digital yang semakin maju ini penggunaan media social sudah merambah ke seluruh lapisan masyarakat. Tidak hanya penduduk yang tinggal di kota tapi sudah sampai ke pelosok bahkan daerah terpencil pun sudah ada orang yang menggunakan media social.
Dari sini akhirnya banyak timbul berita-berita hoax yang kita tidak tahu sumbernya dari mana. Maka sebaiknya tahan diri untuk tidak membagi informasi yang belum jelas sumbernya. Penyebaran berita palsu tersebut tidak hanya dilakukan oleh kaum lelaki tapi juga perempuan. Mengapa demikian? Karena ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kaum perempuan masih minim bahkan dibeberapa perusahaan IT sangat sedikit perempuan yang berkiprah disana.
Menurut hasil dari beberapa penelitian, lelaki tertarik mengenai teknologi internet sedangkan perempuan lebih tertarik pada apa yang bisa dilakukan diinternet. Banyak hal yang menghambat perempuan untuk bisa lebih bereksplorasi didunia internet padahal kesadaran akan derasnya arus informasi telah dirasakan.
Hambatan yang sering dialami oleh perempuan adalah kurangnya sosialisasi tentang penyebaran informasi. Penggunaan teknologi informasi yang belum merata, perbedaan pandangan mengenai penyampaian informasi dan budaya.
Untuk itu diperlukan personal branding dalam sebuah organisasi perempuan yang dapat mewakili citra perempuan dan menghapus perbedaan gender tadi. Organisasi ini tentu tidak menunjuk hanya pada satu orang karena organisasi harus bersifat team work. Meskipun ada seorang pemimpin namun organisasi yang baik adalah yang mau berkomitmen untuk keberhasilan teamnya salah satunya dengan meningkatkan sumber daya manusia para anggota.
Penyampaian hari kedua dibuka oleh Bapak Dendi Zulheri S.Kep, M.Kes selaku Kepala Seksi PUG Bidang Sosial, Politik dan Hukum dari DPPPA kota Pekanbaru yang menjelaskan tentang Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). Beliau menjelaskan bahwa pada IDG kota Pekanbaru pada tahun 2016 keterlibatan perempuan dalam parlemen ada 15,56%. Peranan perempuan sebagai tenaga profesional manajer administrasi dan teknisi 48,30%. Namun, sumbangan pendapatan perempuan masih tergolong kecil yaitu 29,30% ini sangat jauh senjangnya. Hal ini karena perempuan masih berkecimpung di bidang social yang masih mengerjakan tugas-tugas domestic.
Untuk mengatasi hal ini ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan peran perempuan dalam pembangunan. Strategi yang dilakukan oleh DPPPA kota Pekanbaru adalah pengarusutamaan gender dengan mengupayakan supaya strategi pengarusutamaan gender ini masuk dalam pembangunan. Diharapkan nantinya dalam proses perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan evaluasi pembangunan perempuan juga dilibatkan sesuai dengan kebutuhan.
Setelah dijabarkan dengan luas tentang personal branding dan pentingnya peranan perempuan dalam segala aspek. Kemudian peserta dibagi dalam beberapa kelompok dan diminta untuk membentuk organisasi. Dengan menentukan nama, misi, hubungan kerjasama dengan pihak luar, kegiatan dan harapan atas keberhasilan dari organisasi tersebut.
Masing-masing kelompok akan mempresentasikan organisasinya dan kemudian dipilih satu pemenang dari kelompok mana yang penyampaiannya teratur, runut dan jelas.
Setelah semua narasumber menyampaikan materinya, terakhir Ibu Martha menjelaskan tentang portal website serempak dan membuka kesempatan bagi para peserta untuk berkontribusi didalamnya. Kemudian acara ditutup dengan penyerahan hadiah, foto bersama dan sesi ramah tamah.
Leave a Reply