Perempuan Penggerak Perubahan Iklim Kearah Yang Lebih Baik.
(16/09/2016) Akhir-akhir ini seringkali kita merasakan cuaca yang tidak menentu, pagi hari kita merasakan cuaca yang cerah bersahabat. Sore harinya tiba-tiba saja kita harus berjibaku menghadapi hujan badai yang ekstrim. Ternyata hal ini tidak hanya dialami oleh warga yang tinggal di sekitar Jakarta, namun seluruh wilayah Indonesia mengalami perubahan iklim yang mengakibatkan cuaca yang tidak menentu, bahkan masyarakat di negara maju pun mengalami perubahan iklim ini.
Perubahan iklim yang terjadi mengakibatkan dampak-dampak yang dapat mengancam kelestarian dan sendi kehidupan umat manusia, terutama perempuan. Rentannya perempuan dalam perubahan iklim ini dapat mengganggu berbagai sendi-sendi kehidupan.
Walau perempuan rentan terhadap perubahan iklim, namun perempuan juga salah satu kunci untuk penggerak dalam hal penanggulangan perubahan iklim kearah yang lebih baik seperti yang diakui oleh Sekertariat UNFCC pada Conference of The Parties (COP) ke-14 di Poznan 2008.
Pentingnya perempuan sebagai penggerak perubahan iklim inilah yang dibahas pada Talk Show Indonesia Women Expo, kamis, 15 September 2016 di Plenary Hall, Jakarta Convention Centre (JCC). Talk Show ini diselenggarakan oleh Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim dan The Climate Reality Project Indonesia (TCRPI).
Acara ini mengundang berbagai pakar dalam perubahan iklim seperti, Bapak Rachmat Witoelar (Utusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim), Ibu Rahayu Saraswati Djojohadikusumo (Anggota DPR RI), Ibu Nurmala Kartini Sjahrir (Penasihat Senior Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Duta Besar RI untuk Argentina Periode 2010 – 2014), Ibu Suzy Hutomo (Chairwoman, The Body Shop Indonesia) dan Ibu Amanda Katili Niode (Manager, The Climate Reality Project Indonesia).
Masing-masing narasumber menanggapi perubahan iklim yang terjadi dengan amat serius. Menurut Ibu Kartini, Ibu Suzy, Ibu Amanda dan Ibu Saraswati sepakat bahwa penanggulangan terbaik perubahan iklim harus dilakukan dalam bentuk aksi nyata. Aksi nyata yang dilakukan seperti renewable energy (penggunaan solar panel, pengurangan penggunaan AC), dan sustainable bussines and development (salah satu contoh, penanaman pohon aren karena selain bisa mencegah longsor, menghasilkan bio etanol sebagai bahan bakar juga dapat tumbuh diantara pohon – pohon lain).
Selain itu penggunaan green products, menurut Ibu Suzy, turut membantu mengurangi terjadinya perubahan iklim. Green products, adalah produk maupun kemasan yang dapat digunakan kembali, tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan serta tidak berpotensi merusak lingkungan hidup. Penggunaan sisa produk yang dapat diolah kembali baik kemasan, maupun dari produk itu sendiri termasuk dalam green products. Selain penggunaan green products, pemisahan limbah rumah tangga dan pengolahan limbah rumah tangga dengan benar menurut Ibu Suzy, turut mengurangi terjadinya perubahan iklim.
Namun, aksi nyata ini tidak semudah membalikkan telapak tangan karena ada tantangan yang harus dihadapi seperti bagaimana cara mengajak dan mengkomunikasikan kepada masyarakat untuk melakukan aksi nyata dalam upaya menanggulangi perubahan iklim.
Tantangan ini bisa dihadapi dengan penekanan perempuan dalam penggerak perubahan iklim. Hal ini amat penting karena perempuan lebih aktif dalam melakukan aksi nyata. Perempuan juga mampu mendorong dan menularkan orang-orang disekitar untuk melakukan perubahan dan aksi nyata.
Salah satunya adalah peran ibu dalam memberikan contoh aksi nyata dalam renewable energy dan sustainable bussiness and development pada suami, anak – anak dan keluarga. Peran ibu dalam keluarga menjadi sangat penting karena Ibu merupakan contoh sekaligus penggerak dalam keluarga.
Leave a Reply