Deputi KG Dorong Promosikan Ketahanan Terhadap Radikalisasi dan Ektremisme Kekerasan Melalui Kesetaraan Gender
Indonesia kembali menjadi bagian dari acara Pertemuan Multi-Sectoral Task Force (MTF) Rencana Kerja Bali Ketiga yang berlangsung pada 8 Juni 2023. Pada kegiatan yang terbagi menjadi dua sesi ini, Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kemen PPPA, Lenny N. Rosalin, mendapatkan kehormatan untuk berbagi pandangan mengenai Implementasi upaya ACW dalam melaksanakan kegiatan berdasarkan Rencana Kerja Bali 2019-2025.
Pada sesi pagi pertemuan tersebut, Lenny menyampaikan bahwa mempromosikan kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan dan anak perempuan adalah bagian penting dari membangun ketahanan untuk melawan radikalisasi dan ekstremisme kekerasan. Ini termasuk memberi mereka akses ke pendidikan, peluang ekonomi, dan layanan sosial.
Rencana Aksi Regional ASEAN tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan menguraikan komitmen ASEAN untuk mempromosikan dan melindungi hak-hak dan kebebasan dasar perempuan dan anak perempuan. Secara khusus, ini bertujuan untuk memerangi stereotip gender untuk menghilangkan prasangka dan praktik adat yang berbahaya.
Lenny juga menyoroti 7 Visi Rencana Kerja ACW 2021-2025, beberapa elemen inisiatif di bawah Rencana Kerja ACW 2021-2025 berkontribusi pada implementasi Rencana Kerja Bali 2019-2025. Sehubungan dengan rencana kerja tersebut, ASEAN, melalui ACW, dapat mempercepat upaya untuk mengoperasionalkan ASEAN Gender Mainstreaming Strategic Framework (AGSMF), khususnya di bawah kegiatan indikatif berperspektif gender sebagai sarana untuk mencegah ekstremisme kekerasan melalui inisiatif pengembangan kapasitas.
“kebutuhan untuk memastikan partisipasi perempuan yang bermakna. Melibatkan perempuan dan anak perempuan dalam pengembangan dan implementasi kebijakan dan program untuk melawan radikalisasi dan ekstremisme kekerasan sangat penting. Perempuan dan anak perempuan memiliki perspektif dan pengalaman unik yang dapat berkontribusi pada strategi yang lebih efektif dan inklusif,” ungkapnya.
Selain itu, Lenny juga menyampaikan bahwa untuk mengatasi akar penyebab radikalisasi dan ekstremisme kekerasan membutuhkan pendekatan dengan kepekaan gender. Ini berarti mengenali sifat gender dari isu-isu seperti ketidaksetaraan, diskriminasi, dan pengucilan, dan mengatasinya dengan cara yang responsif terhadap kebutuhan dan kekhawatiran laki-laki dan perempuan.
Leave a Reply