Menteri PPPA Soroti Ancaman Penyakit Jantung pada Perempuan dalam Pertemuan BAC-UP Bali
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, memberikan tanggapan positif terhadap acara tahunan The 12th Bali Cardiology Update (BAC-UP) yang diadakan oleh Cabang Bali dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI). Bintang Puspayoga mengungkapkan bahwa prevalensi penyakit kardiovaskuler telah mencapai dimensi yang lebih luas dengan mempengaruhi tidak hanya pria, melainkan juga perempuan. Sejumlah individu perempuan telah mengalami akhir hidup yang disebabkan oleh penyakit ini.
Dalam pidatonya saat menghadiri pembukaan BAC-UP di Nusa Dua, Bali (25/8), Menteri PPPA menegaskan bahwa paradigma mengenai prevalensi penyakit jantung koroner hanya pada laki-laki atau pada tahap usia lanjut telah berubah. Data penelitian menunjukkan bahwa satu dari empat perempuan menghadapi akhir hayat yang disebabkan oleh penyakit jantung, angka tersebut mengungguli angka kematian akibat penyakit kanker, dan demikianlah penyakit kardiovaskuler telah menjadi salah satu pemicu utama kematian pada perempuan.
Lebih jauh lagi, Menteri PPPA mengungkapkan bahwa perempuan memiliki risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler yang lebih tinggi daripada pria. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa penyakit jantung koroner merupakan faktor yang memicu kematian terbanyak pada ibu, melampaui penyebab lain seperti pendarahan saat persalinan, tekanan darah tinggi, gangguan sirkulasi darah, infeksi, dan disfungsi metabolisme.
Selain itu, penyakit jantung juga telah menjadi faktor pemicu utama kematian bayi, berada di bawah penyakit seperti pneumonia, diare, dan gangguan saraf. Data epidemiologi global pun mengungkapkan bahwa sekitar 80% perempuan berusia 40-60 tahun menghadapi minimal satu faktor risiko penyakit jantung.
“Dengan terjadinya perubahan gaya hidup di masa kini, penyakit jantung pada perempuan bisa terjadi pada usia produktif bahkan dalam masa kehamilan, dan berdampak pada kesejahteraan perempuan termasuk berdampak pada angka kematian ibu. Maka dari itu dibutuhkan kesadaran kita bersama untuk memastikan dan mengutamakan para perempuan Indonesia untuk mendapatkan akses layanan kesehatan dan informasi yang memadai, termasuk edukasi mengenai pencegahan penyakit jantung koroner,” ungkap Menteri PPPA.
Namun demikian, Menteri PPPA memberikan penekanan pada kenyataan bahwa perempuan di Indonesia masih terhadap ketidaksetaraan gender yang berkontribusi pada dampak negatif terhadap kesejahteraan sosial dan tingkat kemiskinan. Data dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan Gender (IPG) menegaskan adanya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan di berbagai sektor. Ketidaksetaraan ini tidak hanya terbatas pada sektor kesehatan, namun juga berdampak pada kesulitan perempuan dalam mengakses informasi dalam sektor lain seperti ekonomi, pendidikan, ketenagakerjaan, dan aspek keamanan fisik.
Menteri PPPA mendorong kerjasama dan kolaborasi dari semua pihak terkait untuk memastikan tersedianya akses informasi dan edukasi yang memadai bagi perempuan Indonesia, terutama dalam konteks kesehatan. Salah satu tindakan strategis adalah meningkatkan representasi perempuan dalam bidang kesehatan yang menduduki posisi strategis dan berpartisipasi aktif dalam riset kesehatan. Langkah ini penting untuk memberikan dasar yang kuat dalam menginformasikan pendekatan yang tepat bagi perempuan serta mendorong pengembangan kebijakan nasional terkait penanganan penyakit jantung pada perempuan.
Menteri PPPA menyampaikan pandangan bahwa setiap individu berhak mendapatkan peluang untuk mengembangkan kehidupan yang berkualitas tanpa memandang jenis kelamin. Saat peluang ini diberikan kepada perempuan untuk berkontribusi, berperan aktif, dan ikut serta dalam masyarakat, tujuan kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki tidak hanya sekedar impian. Perempuan memiliki peran yang signifikan dalam mempromosikan kesejahteraan sesama perempuan. Menteri PPPA berharap para dokter spesialis, dokter umum, dan paramedis, tak peduli apakah mereka pria atau wanita, akan terus memberikan dukungan dan bersama-sama berjuang untuk mencapai kesetaraan gender, terutama dalam aspek kesehatan, sehingga kualitas hidup perempuan Indonesia dapat ditingkatkan menuju masa depan yang lebih baik.
Ketua PERKI Bali, yaitu dr. I Kadek Susila Surya Darma, M. Biomed. Sp.JP (K), FIHA, FasCC, menjelaskan bahwa BAC-UP merupakan acara tahunan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, mendapatkan informasi terkini, dan merancang strategi penanganan komprehensif dalam ranah kardiologi dan kedokteran vaskuler, terutama bagi dokter spesialis jantung, dokter umum, dan paramedis. Dengan tema “Meningkatkan Pengetahuan Mengenai Penyakit Kardiovaskular Terbaru: Menerjemahkan Pedoman ke dalam Pengalaman Dunia Nyata,” BAC-UP tahun ini diharapkan menjadi wadah di mana peserta dapat meningkatkan pemahaman tentang perkembangan terkini dalam bidang penyakit jantung dan menerapkan panduan tersebut dalam praktik medis sehari-hari.
Menteri PPPA, yang ditemani oleh Deputi Bidang Kesetaraan Gender dari Kemen PPPA, yaitu Lenny N. Rosalin, memberikan apresiasi atas upaya yang dilakukan oleh PERKI Cabang Bali dalam meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap penyakit kardiovaskular di Indonesia.
Leave a Reply