KemenPPPA dan Novartis Adakan Webinar Edukasi Kanker Payudara Bertajuk Right to Smile: Empowering Women to Take Control of Their Health
Pada tahun 2020, berdasarkan data global, tercatat sekitar 2,3 juta perempuan mendapatkan diagnosis kanker payudara, dan sejumlah 685.000 perempuan mengalami kematian akibat kondisi tersebut. Di Indonesia, kanker payudara memegang posisi sebagai jenis kanker paling umum, mencapai 19,2% dari total kasus kanker yang terjadi.
Dalam usaha untuk mengatasi hal ini, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia (Kemen PPPA) bersinergi dengan PT Novartis Indonesia mengadakan acara pendidikan melalui media dengan tema “Right to Smile: Perempuan Mengupas Kanker Payudara.”
Acara yang berlangsung secara daring ini dilaksanakan pada 23 Agustus 2023. Tujuan dari acara ini adalah untuk meningkatkan kesadaran perempuan Indonesia agar lebih berdaya dalam mengambil kendali terhadap kesejahteraan dan kesehatan mereka, terutama dalam hal penanganan kanker payudara.
Risiko terjadinya kanker payudara semakin meningkat dan mengancam masyarakat Indonesia, terutama kalangan perempuan. Data dari Globocan tahun 2020 menunjukkan bahwa terdapat 68.858 kasus baru kanker payudara (16,6% dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia), dan persentase kasus pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Lebih dari 22 ribu jiwa dilaporkan meninggal akibat kanker payudara. Sayangnya, sekitar 68-73% pasien datang untuk pemeriksaan kesehatan dalam stadium lanjut (stadium III dan IV). Dengan melakukan deteksi dini dan pencegahan, angka kematian ini dapat ditekan hingga 43%.
Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kemen PPPA, Ibu Lenny N. Rosalin, mengungkapkan bahwa angka kejadian kanker payudara, terutama pada perempuan, telah mencapai 42,1/100.000 penduduk, yang terus meningkat setiap tahunnya. Kendala utamanya adalah ketakutan masyarakat untuk memeriksakan diri dan rendahnya kesadaran akan deteksi dini. Dengan pengenalan lebih awal, penanganan pasien dapat ditingkatkan sehingga kualitas hidup mereka tetap terjaga.
“Perempuan memainkan peran yang sangat besar dalam masyarakat sebagai kunci kehidupan keluarga, baik sebagai pribadi, istri, dan ibu. Untuk itu, pemberdayaan perempuan menjadi langkah yang krusial dalam perjuangan melawan kanker payudara menuju kesuksesan pemulihan,” ungkap Lenny.
Dokter Walta Gautama Said Tehuwayo, Sp.B.Subsp.Onk(K), menjelaskan bahwa di Indonesia, kanker payudara umumnya terdeteksi dalam stadium lanjut dibandingkan dengan stadium awal. Meskipun upaya deteksi dini telah dilakukan, sekitar 70% pasien masih terdeteksi dalam stadium lanjut. Pemahaman yang mendalam tentang jenis dan tipe kanker payudara sangat penting agar penanganan yang tepat dapat dilakukan.
Penting bagi pasien untuk memiliki pengetahuan yang memadai sehingga mereka dapat membuat keputusan berdasarkan informasi akurat dan sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka. Perawatan kanker payudara harus disesuaikan dengan jenis kanker, stadium, dan kondisi kesehatan pasien. Beberapa pilihan perawatan meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi, terapi hormon, terapi target, dan perawatan paliatif.
Prioritas utama dari tenaga medis adalah memberikan dukungan yang maksimal kepada pasien dan keluarganya selama proses perawatan. Kolaborasi antara pemangku kepentingan, seperti pemerintah, LSM, dan sektor swasta, dianggap penting untuk mengatasi tantangan dalam menekan kejadian kanker payudara stadium lanjut di Indonesia.
Memastikan pasien perempuan mendapatkan informasi yang tepat, edukasi yang memadai, dan dukungan yang diperlukan menjadi kunci utama dalam upaya pemberdayaan perempuan. Perempuan memiliki hak untuk mendapatkan informasi menyeluruh tentang penyakit dan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.
Ibu Linda Agum Gumelar, yang telah melewati masa penyembuhan dari kanker payudara dan juga menjabat sebagai Pendiri dan juga Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia, mengemukakan bahwa terdapat berbagai tantangan yang dihadapi dalam usaha menurunkan insiden kanker payudara stadium lanjut di Indonesia.
Tantangan-tantangan tersebut meliputi aspek berikut: Pertama, kekurangan informasi mengenai kanker payudara. Kedua, adanya penolakan dari pihak pasien dan keluarga. Ketiga, stigma yang berkembang dalam masyarakat terkait kanker payudara. Keempat, terbatasnya jumlah dokter spesialis dan sumber daya kesehatan yang berhubungan dengan pengobatan kanker payudara. Kelima, kurangnya kelengkapan dan keseragaman fasilitas kesehatan tingkat I dan II. Keenam, jarak yang cukup jauh menuju fasilitas kesehatan, yang mengakibatkan waktu perjalanan yang panjang serta biaya yang signifikan.
“Karena itu, diperlukan kolaborasi di antara para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi masyarakat sipil (LSM), dan sektor swasta. Linda juga memberikan pesan kepada perempuan Indonesia untuk senantiasa memperluas pengetahuan mengenai skrining dan deteksi dini kanker payudara, sekaligus menjaga kesehatan mereka sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,” ungkap Linda.
Mengakui peran penting perempuan dalam struktur sosial di Indonesia, Ibu Hanum Yahya, sebagai Kepala Country Public Affairs, Communications & Engagement PT Novartis Indonesia, menegaskan bahwa dengan memastikan pasien perempuan memperoleh informasi yang akurat, edukasi yang memadai, dari sumber yang dapat dipercayai, serta termotivasi untuk mengambil kontrol terhadap kesejahteraan dan kesehatan mereka, menjadi kunci utama dalam usaha pemberdayaan perempuan.
“Di Novartis, tujuan kami adalah merevolusi bidang kedokteran guna meningkatkan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, kami senantiasa berkolaborasi dengan pemerintah, asosiasi medis, dan organisasi pasien untuk meningkatkan pemahaman pasien dan masyarakat terkait penyakit yang menjadi fokus keahlian kami. Kami meyakini bahwa perempuan memiliki hak untuk mengemukakan kebutuhan mereka sebagai pasien, menerima informasi yang komprehensif tentang penyakit dan terapi yang sesuai dengan keperluan serta kemampuan mereka. Kami juga terus memastikan bahwa obat-obatan inovatif yang kami sediakan dapat dijangkau oleh lebih banyak pasien di Indonesia, guna memberikan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik,” jelas Hanum.
Leave a Reply